Selasa, 22 Maret 2011

Masa Depan Islam


Umar Ibrahim Vadillo - World Islamic Mint-World Islamic Trading Organization
Islam, tentu saja, kekal, maka sampai kapan pun Islam tetap sama. Dienul-Islam telah dikukuhkan secara utuh sejak wafatnya Rasul SAW, dan tak kan berubah hingga akhir zaman.

Masa Depan IslamKitalah yang berubah. Kaum Muslimin yang berubah. Bagaimana kita mewujudkan dan menafsirkan Islam berubah seiring dengan jalan sejarah dan dengan cara itu sejarah Islam terbentuk. Untuk masa depan, penting bagi kita untuk bercermin diri dan memahami apa yang harus diutamakan ketika kita berbicara tentang Islam. Apa yang kita miliki bersama, yang kita ambil, kita pinjam, dari Rasul SAW, hingga hari ini?
Pertama yang penting kita pahami adalah bahwa Islam itu paripurna. Kita tidak bisa mengambil sebagian saja dan tidak pula bisa mengambil di saat Islam belum utuh, apalagi cuma penggalannya. Dari sementara orang acap kita dengar bahwa saat ini zaman serba sulit, dan karenanya kita harus kembali ke masa Mekah. Namun pada periode Mekah Dienul-Islam belum lengkap. Dienul-Islam adalah Madinah menjelang akhir hayat Rasulullah SAW.
 

Kunci Pemahaman: Ketaqwaan kepada Allah
 
Dengan demikian, Islam adalah paripurna, semua ada di dalamnya dan siap untuk kita gunakan. Perintah Allah pun kekal dan tidak akan berubah, kecuali, tentunya, dengan KehendakNya. Perintah dan petunjuk yang diberikan pada kita, dan Syariah yang kita miliki, adalah untuk selama-lamanya. Janji-janji yang Allah berikan bila kita berada dalam Dienul-Islam pun bersifat kekal, dan dengan demikian tetap berlaku di masa ini sebagaimana berlaku pada masa Rasul SAW. Tauhid Allah Ta'ala juga berlaku sepanjang masa, tetap sama dari mulainya zaman, zaman kini, zaman akan datang, hingga setelah zaman berakhir.
  Jadi, yang penting adalah bagaimana kita menempatkan diri dalam Risalah Islam yang luar biasa ini. Islam tidak perlu diubah. Islam tidak perlu reformasi: kita yang perlu direformasi. Hampir di sepanjang abad ke-20 sekelompok orang menyuarakan perlunya reformasi Islam. Pernyataan mereka adalah bukti kesalahan mereka sendiri karena yang harus direformasi bukanlah Islam, namun cara hidup kita. Masa depan kita sebagai Muslimin tidak bergantung kepada perilaku kaum kuffar. Masa depan Islam dan Muslimin tidak bergantung kepada kekuatan, tipu-daya dan kelicikan mereka, dan ekonomi mereka - bagaimana mereka tampak menguasai media komunikasi, kadang mereka ingin mengajari kita mengenai Islam- tak sedikit pun ini mempengaruhi takdir kita. Kita tidak bergantung pada mereka. Merekalah yang bergantung pada kita.
Dengan demikian, kunci untuk memahami masa depan kita tidak terletak pada bagaimana kita menafsirkan kejadian-kejadian terkini yang berada di sekeliling kita ataupun dari zaman yang kita alami, namun terletak pada hal yang sangat halus yang jauh lebih berpengaruh. Kunci untuk menafsirkan segala sesuatu, mengenai diri kita dan sekitar kita, adalah hubungan kita dengan Allah Ta'ala. Inilah kuncinya. Inilah yang akan menentukan sukses atau gagalnya kita dalam melaksanakan tugas kita. Tugas kita kepada Allah Ta'ala amatlah sederhana namun hasilnya luar biasa. Kita berada di sini hanya untuk menjadi hamba-Nya, beribadah pada-Nya. Tidak ada tujuan lain. Masa depan kita, hidup kita, tujuan seluruh hidup kita adalah untuk menaati-Nya, berserah diri pada-Nya, dan taqwa pada-Nya. Taqwa pada Allah Subhanahu wa Ta'Ala adalah inti Risalah kita dan inilah alat untuk menafsirkan hakikat dari rumitnya dunia di sekeliling kita. Dengan alat asasi inilah kita bisa atau tidak bisa menghadirkan peluang bagi diri kita sendiri untuk masa depan kita sendiri.

Dua bulan sebelum saya dalam perjalanan guru saya Shaykh Abdalqadir menyampaikan beberapa ceramah bertopik Tauhid dalam Qur'an. Salah satu kesimpulan kunci telaah beliau adalah jika kita ingin tahu, jika kita ingin memahami hidup, jika kita ingin memahami diri kita sendiri, kita perlu Taqwa. Kunci memahami dunia dan pembeda antara Mukmin dengan kafir adalah Taqwa. Tanpa Taqwa walaupun anda punya seluruh ilmu Dienul-Islam bahkan anda hafal shahih Bukhari, anda tidak otomatis menjadi Muslim. Anda perlu sesuatu yang lebih mendasar dan lebih berpengaruh, yaitu Taqwa. Taqwa sering disamakan dengan takut pada Allah, ini berarti anda haruslah tidak takut pada apapun selain DIA.

Saya baru kembali dari Dubai, di sana mereka akan memberi tahu anda, "Amerika, Amerika, Amerika", anda harus mengatakan pada mereka, "Ya! Tentu Amerika hebat tetapi saya tidak percaya dengan la haula wa la quwwata illa Amerika Serikat - semata-mata karena itu tidak benar." Seberapa pun nampak hebat dan cemerlangnya mereka, seberapa besar suara dan dusta mereka, mereka tiadalah berkuasa, dan bukanlah sumber kehidupan saya.

Hanya dengan menyebut La Haula wa La Quwatta illa Billah kita berpeluang memurnikan jalan hidup kita. Satu-satunya peluang anda dalam hidup anda sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat Muslim adalah dengan memahami ini, yaitu memahami Taqwa. Elemen inilah yang dapat melandasi pemahaman kita terhadap pernyataan saya di atas, yaitu kita tidak bergantung pada kuffar. Kita pun tidak bergantung pada keadaan dan urusan mereka, karena semua itu tidak penting, karena semua itu hanyalah selain-dari-Allah. Kita bergantung pada seberapa jauh kita menjadi hamba Allah. Dan dalam menjadi hamba-Nya, seluruh atribut dan jati diri kita haruslah sirna. Atas maksud dan tujuan inilah kita berada di sini sekarang, guna berbagi pengalaman, guna mencicipi perkara ini, guna maju terus selangkah demi selangkah untuk paham apa yang diperlukan dalam menghilangkan nafs kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat.

Satu-satunya perkara yang dapat menciptakan masa depan yang sukses bagi Muslimin, adalah dengan meniadakan jati diri kita, dari hal-hal yang tidak menjadikan kita hamba Allah SWT. Apalagi di zaman sekarang, karena hampir semua perkara yang menggolongkan kita sebagai selain Muslim, akan berlawanan dengan kita. Sebagai salah satu contoh nyata, saya adalah seorang Afrika Selatan, seorang Indonesia, atau seorang Palestina. Lihatlah penderitaan mereka. Sepanjang di atas segalanya mereka bersikukuh menempatkan diri mereka sebagai bangsa dan budaya Palestina, meniru-niru cikal-bakal bagsa Irlandia dan negara-negara nasionalis lainnya yang berasas kebangsaan dan budaya, selama itulah permasalahan Palestina tidakkan tuntas. Bertahun-tahun lalu bangsa-bangsa inilah yang menulis konsep negara, bendera, lengkap hingga lagu kebangsaannya. Shaykh Abdalqadir kerap menunjukkan pada kita hal ini, bahkan hingga kini di televisi Arab setelah semua acara yang diprogramkan usai ditayangkan, apa yang kita bisa simak dalam tayangan penutupan adalah upacara berdiri di hadapan bendera nasional diiringi lagu kebangsaan.

Di London, Inggris, dahulu pernah ada masa saat banyak orang dapat untung besar dari menciptakan bendera dan lagu-lagu kebangsaan. Kini anda saksikan mereka berdiri di hadapan acara konyol yang tidak masuk akal ini dengan kegembiraan dan keharuan yang meluap-luap. Namun sebenarnya hal itu berlawanan dengan mereka sendiri dan juga dengan kita semua baik secara individual maupun kolektif.

Islamisasi Kapitalisme
 
Begitu anda tanya pada mereka, mereka punya tesis dan sebab-musababnya, bahkan mereka telah membuat sejarah sendiri, dunia mereka petakan menurut sesuatu yang dapat menghasilkan uang. Begitu kita tilik lebih dalam, semuanya adalah riba, semuanya haram, dari hulu hingga hilir. Dan ada di antara mereka yang berupaya taubat dan menyelamatkan dirinya dari Api, apakah yang mereka lakukan? Mereka mengislamkan kapitalisme.
 
Banyak dari mereka setelah merengkuh gelar Doktor (PhD) dalam bidang ekonomi dari universitas kelas tiga di Amerika Serikat, pulang ke negara masing-masing jadilah mereka ekonom, dicupliklah dan dipenggallah shahih Bukhari dari sana dan sini, jadilah bank dan asuransi diislamkan, bahkan muncul 'bursa saham syariah'. Bagi mereka yang belum tahu, kini bahkan ada indeks Dow Jones Islami. Walhasil, Microsoft pun telah dibuat 'sesuai syariah'. Kini, melalui mesin judi bursa saham anda bisa turut ikut menanam modal Bill Gates secara halal (tentunya dalam mata uang kertas dolar). Orang-orang seperti mereka ini mengislamkan kartu kredit - bahkan apapun bisa diislamkan: konstitusi, parlemen, hak asasi manusia, dsb, tidak ada yang tertinggal.


Pengetahuan mereka digunakan untuk menentang kita. Keahlian mereka dalam membuat segala yang ada di masyarkat berlaku bertentangan dengan kita. Satu-satunya yang dapat membantu kita adalah identitas kita sebagai Muslim - persis identitas yang mereka ingin hilangkan dari kita. Perkenankan saya untuk menyampaikan bahwa jika kita bicara soal konstitusi Islam, sama saja konyolnya dengan bank syariah, atau wiski Islami. Setiap kali kita mendengar konstitusi perlu kita kilas balik 200 tahun lalu di Revolusi Perancis.

Konstitusi adalah alat yang diciptakan guna menghapus identitas agama dalam negara, bahkan inti konstitusi adalah anti-agama. Intinya sama saja dengan berujar, "Bukan, bukan! Jati diri anda adalah pembayar pajak. Yang penting adalah kepada siapa anda membayar pajak, mata uang apa yang anda gunakan serta dalam situasi dan bidang apa saja anda kena pajak." Agama menjadi tidak bermakna, sedemikian tak bermaknanya agama hingga pada intinya, toleransi adalah "agama sudah tidak berarti lagi," dalam toleransi, 'muslim hindu', ini dan itu, ataukah sekte konyol apa pun yang berasaskan teori apa saja, dipandang setara dengan anda. Semua agama sama. Walhasil tidak ada agama. Ini berarti satu-satunya agama yang ada adalah kapitalisme.

Tanggalkan Atribut Palsu
 
Apakah yang tersisa jika kita tanggalkan semua atribut-atribut palsu ini? Sisanya adalah Dienul-Islam. Inilah bagi segelintir orang, namun cukup segelintir untuk memimpin. Untuk membuka jalan. Untuk membenahi segala kesalahan yang terjadi selama 300 tahun ini. Untuk menegakkan kembali Islam di generasi ini. Semua ini bisa terjadi. Seorang yang belum bisa melihat bahwa semua ini bisa terjadi adalah seorang yang telah kehilangan Dien-nya atau kehilangan sebagian Dien-nya. Camkan kata-kata Rumi: "Seorang munafiq adalah orang yang mengatakan 'Apa yang halal tidak bisa dilaksanakan'". Tentu saja yang halal bisa dijalankan karena sebagaimana Rumi menyampaikan, bagaimana mungkin Allah SWT memberi perintah tanpa perangkat melaksanakannya. Tentu saja Allah telah siapkan segala perangkat dan jalannya. Bahkan, yang paling mudah dilaksanakan adalah yang halal. 
 
Resep masyhur Rumi adalah, "Jika anda tidak mengerti, benturkan kepala anda ke tembok. Jika anda masih belum mengerti juga, benturkan kepala anda lebih keras lagi!" Karena kepala anda sudah tidak bekerja dengan baik. Walhasil Islam bisa terjadi. Segala sesuatu yang kita butuhkan, dan yang anda butuhkan sebagai individu, tersedia dan bahkan berada dekat sejauh jangkauan anda. Mungkin saja ini nampak susah bagi anda namun anda harus memaksa diri bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan guna meraih sukses dalam hidup anda dan guna memimpin orang lain kepada sukses dalam Allah SWT, berada dalam jangkauan anda. Bila tidak nampak, bukalah mata anda! Setiap anda bangun pagi paksalah diri anda untuk melihat ini, sehingga anda akan dipaksa untuk melihat lebih jauh lagi, begitulah seterusnya.

Anda akan tahu anda sedang bergerak maju ketika anda sejenak melihat ke belakang dan bisa berkata, "Ya Allah! Dahulu saya di situ dan kini saya di sini," memahami bahwa anda senantiasa dapat maju lebih jauh dan lebih jauh dan lebih jauh lagi, dan bahwa ketergantungan anda pada selain Allah akan sirna seiring dengan sirnanya diri anda sendiri. Lalu, apa yang sebenarnya sedang kita bicarakan ini? Camkan bahwa semua rintangan yang akan kita hadapi secara pribadi maupun secara kolektif sejak saat ini hingga sukses, penghujung sukses, puncaknya sukses, yaitu tegaknya kembali Dienul-Islam secara utuh pada masa ini, adalah rintangan yang kita buat sendiri.

Hakikat dari rintangan-rintangan ini tidak lain tidak bukan adalah rasa ketakutan palsu kita. Apa yang nampak ketika ada rintangan adalah diri anda sendiri, diperheboh bak layar 'Imax'! Semua sudut pandangmu tertutupnya. Yang tadinya tersembunyi menjadi nyata di hadapanmu bahkan anda dibuat repot dan berat menghadapinya. Seorang Mumin tidak akan berhenti kala ada rintangan-rintangan seperti ini, ia akan sadar dan tetap bergerak maju karena tahu bagaimana cara menghadapnya, yaitu dengan menghadapkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan demikian satu pintu yang tertutup akan menjadi 20 pintu yang terbuka. Barulah anda akan tercengang, "saya bergerak maju!" Inilah alat utama kita dan hakikat dari perkara yang kita junjung dalam majelis ini - yaitu sirnanya segala sesuatu yang mengikat diri kita beserta apapun yang kita sebut sebagai diri kita sendiri, jati diri palsu yang terbuat dari sejarah dan budaya, terbuat dari bayangan-bayangan palsu, segala sesuatu selain menjadi seorang Muslim. Dengan sirnanya segala sesuatu inilah sukses dapat kita raih.

Apa yang kita bisa lihat setiap kali kita lebih dalam di diri kita, setiap kali hubungan kita dengan Allah SWT semakin dekat, apakah yang kita bisa lihat? Kejelasan. Kejelasan. Dalam surat-suratnya Shaykh Darqawi berkali-kali menyampaikan bagaimana caranya berdekatan dengan Allah dengan cara meninggalkan nafs kita, beliau menerangkannya dengan berbagai cara bak pendekatan ilmiah. Bagi yang ingin memperdalam hal ini berpalinglah pada Shaykh Darqawi. Menurut saya tidak ada yang bisa lebih gamblang lagi bagi ummat sekarang.

Anda bisa lihat, ia terus mengatakan, dengan cara yang luar biasa "Tanggalkan semuanya! Tinggalkan semuanya! Sirnalah! Menghilanglah! Jangan sampai kalian tempatkan diri kalian di atas kewajiban kalian!" Tanggalkan semuanya. Kemudian ia berkata, "Yang akan kalian lihat adalah keyakinan. Keyakinan. Keyakinan bak cahaya. Keyakinan pada "La haula wa la quwatta illa Billah." Keyakinan itu sendiri, yang merupakan hakikat kenyataan, bagaikan melihat seluruh alam dengan cara yang sama sekali berbeda. Segala sesuatu yang sebelumnya bak penjara kini diputar-balikkan, segala sesuatu yang tadinya rintangan menjadi solusi dan pintu yang terbuka lebar. Sebab, ingat, semakin besar kesulitan yang kita hadapi - sadarilah bahwa ini hanyalah melihat diri kita sendiri - kita harus sadar bahwa semakin besar pulalah jalan yang terbuka.

Kita sepakat bahwa saat ini kini benar-benar dalam situasi tidak biasa dalam sejarah Islam. Kita belum pernah hidup tanpa adanya khalifah. Tugas mengembalikan Khalifah memang nampak berat, namun seorang Mumin tahu bahwa beserta tugas yang berat, tersedia pula jalan yang besar. Dengan kata lain Allah memberi hadiah besar bagi generasi luar biasa sekarang ini, yaitu tugas menegakkan kembali Dienul-Islam di masa sekarang. Ini hanya untuk orang-orang yang luar biasa.

"Inna maa al-'usri, yusra" - beserta kesulitan ada kemudahan. Dan di dalam kesulitan ini, ada kemudahannya. Bagi kita di zaman ini ada jalan yang terbentang dan ada keuntungan besar, yang belum pernah dialami orang-orang sebelum kita. Bagi mereka yang hidup di saat semua sudah siap tersedia tentu saja ada keuntungan pula. Namun, apa yang akan terjadi adalah suatu yang luar biasa khusus bagi orang yang luar biasa. Begitulah seharusnya cara pandang kita terhadap urusan kita sekarang. Kejadian-kejadian akan beralir mudah, bak membalikkan halaman-halaman buku. Tidak akan ada rintangan dalam membalikkan halaman-halaman itu namun rintangan berada di dalam kita sendiri, bagaimana kita membalikkan diri kita dan membuka kalbu kita sedemikian sehingga nampaklah buku itu ada di depan kita, dan kita tinggal membalikkan halaman-halamannya.

Kesulitannya tereletak dalam membalikkan diri kita, bukan sebelum itu, dengan kata lain, memang apa yang harus dikerjakan tangan kita banyak, namun jauh lebih sedikit dibanding apa yang harus dilakukan kalbu kita. Itulah sebabnya Shaykh Darqawi mengomentari perkara ini sebagai berikut, "Urusan kalbu membuat urusan anggota badan tidak berarti. Apa yang anda dapat balikkan dengan kalbu dan apa yang dapat anda lakukan dengan kalbu membuat segala sesuatu yang dapat anda lakukan dengan anggota badan tidak berarti."
 
Kekuatan Kalbu
 
Maka, janganlah anda menjadi seseorang yang ketika menimbang apa yang ia bisa lakukan atau tidak, melihat diri dia sendiri dan berkata, "Apa yang saya punya? Apa yang saya tahu? Memangnya aku siapa?" Jika anda begitu, anda tidak akan bisa melakukan apa-apa, nol besar, janganlah waktu anda terbuang sia-sia, percayalah pada saya. Kedua tanganmu tidak akan membawa anda melakukan apapun dan ke manapun. Tapi ada satu alat yang anda miliki, alat satu-satunya yang bisa membalikkan semuanya - tanpa kecuali! Hal-hal yang tidak dapat diubah dengan tangan kita, walaupun secara berjamaah, dapat diubah dengan yang satu ini, yaitu kalbu anda. 
 
Kalbu berkemampuan luar biasa, bisa membuat suatu yang besar dan raksasa menjadi suatu yang kecil mungil. Suatu yang kecil dan tidak penting, menjadi agung dan besar. Yang jauh jadi dekat. Suatu yang rapat hingga menyempitkan bak penjara dan menghambat anda, dilempar balik atau jauh-jauh. Semua dapat anda lakukan dengan kalbu, anda tidakkan bisa melakukannya dengan kedua tangan anda. Inilah yang kita miliki. Inilah alat kita. Dengan inilah kita dapat maju. Dengan inilah semua akan jelas dan nampaklah apa yang harus kita kerjakan. Semua kejadian dan urusanmu akan terbuka dan terbentang dihadapanmu bagaikan hakikat keseharian anda - seperti nafasmu, dan pembukaan-pembukaan akan hadir dan terbentang di depanmu dengan cara yang tidak ada keraguan di dalamnya sedikitpun. Anda akan tahu persis anda harus kemana. Semuanya akan hadir dengan jelas dan gamblang.

Ragu adalah sumber kekacauan kita. Sukses diraih dengan mengenali apa saja yang penting kita ubah, mengenal rintangan-rintangan di hadapan kita, yaitu raksasa-raksasa yang sebenarnya kita buat sendiri, seolah-olah ada kuasa menghalangi segala sesuatu yang berhubungan dengan Dienul-Islam. Kita harus memahami bahwa dalam setiap musuh dan raksasa kreasi kita sendiri, disanalah letak alat-alat kita untuk menggapai sukses dan kemenangan. Kita harus paham bahwa kita bisa membalikkan semua masalah besar menjadi solusi besar dengan sekejap mata, dan tahu bahwa segala kekurangan dan kelemahan kita bisa dibalikkan menjadi kelebihan dan kekuatan kita untuk maju.

Tidaklah sulit melihat sisi mana yang dibutuhkan perjuangan Muslimin untuk langkah maju, dan sisi tersebut terkait dengan sistem ekonomi yang ada sekarang. Sistem ekonomi ini hampa! Apakah yang disebut sebagai sistem ekonomi? Riba! Apakah riba itu? Riba pun hampa, namun telah menjadi agama dan menjadi tatanan hidup segenap manusia. Apa yang saya pernah katakan mengenai konstitusi? Konstitusi adalah hakikat dien (cara hidup) yang palsu, yang memaksa khalayak untuk menurutinya tanpa toleransi.

Toleransi hanya berlaku dalam agama-agama lainnya, tidak dalam agama kapitalisme. Kapitalisme semena-mena dan tidak dapat ditawar. Kita tidak bisa menjumpai manajer bank dan berkata, "Anda tahu, bulan ini aku tidak mau bayar bunga karena aku tidak percaya dengannya. Aku ini sebenarnya ateis. Simpan saja bungamu, aku tidak lagi mau membayar." Mereka tidak akan memberi toleransi yang tinggi. Anda akan dipenjarakan, dan jika anda menolak, anda akan dibunuh. Sejauh inilah dien mereka. Komitmen mereka total.

Metode inilah pondasi kapitalisme. Jadi tidak heran jika kita katakan bahwa sebagian besar yang harus diubah untuk masa depan kita adalah menjadikan Islam sebagai penamat kapitalisme, dan bahwa kita akan memeranginya, bukan kristen. Kristen sudah tamat. Tidak tersisa. Ada sisa sepercik romantika dan semangat. Mereka tidak punya syariat, bahkan tidak punya apa-apa lagi.

Coba anda tengok acara para evangelis di tivi, dalam lima menit saja anda akan bisa lihat hakikatnya. Yang tersisa tinggal semangat dan emosi saja. Tangan diangkat, disertai kelakuan-kelakuan buruk lainnya yang biasa mereka lakukan. Bagi yahudi pun sama saja. Dalam Qur'an Allah berkata bahwa sebagian besar dari mereka adalah ateis. Apalagi hindu, budha, atau kepercayaan baru lainnya, tentu tidak perlu kita komentari karena semuanya hampa.

Kita Harus Terjun, Harus Berubah
 
Kitalah yang harus terjun. Kitalah yang harus berubah. Dan ini pasti terjadi, karena dalam Quran Allah Wa Ta'Ala mengatakan dengan jelas dan lugas mengenai Riba. Pertama, "Wa hallallahu-l-bay'a wa harama riba" - "Allah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba." Di sinilah Allah memberikan perintah dan petunjuk kerja kepada kita. Ada yang haram dan ada yang halal. Dengan demikian tugas Muslimin adalah menegakkan yang halal. 
 
Kedua, Allah mengingatkan kita bahwa Allah dan Rasul-Nya telah menyatakan perang terhadap riba dan mereka yang melakukannya, dengan kata lain sistem riba tidak akan bertahan dan akan runtuh meski kita tidak bertindak apa pun. Inilah hakikat yang kita sedang perangi. Riba hanyalah fatamorgana yang takdirnya akan runtuh. Tentu anda enggan membangun rumah di atas khayalan, tentu anda mau keluar dari bangunan riba ini. Ini akan bisa dilakukan oleh orang-orang yang sanggup untuk meninggalkan riba guna balik pada yang akan menghadirkan sukses dan kemenangan, merekalah yang akan memimpin di depan dan menjadi contoh bagi yang lain.

Dalam waktu dekat kita akan melihat krisis kapitalisme terbesar di dunia. Krisis besar kapitalisme yang pernah terjadi, pada 1929, akan nampak kerdil dibanding krisis kapitalisme yang kita akan lihat nanti. Krisis 1929 dikenal sebagai pemantik perubahan total tatanan dunia dan politik, yang membawa fasisme dan Hitler di Jerman, mengubah gambaran politik dunia, ini akan terulang lagi namun dalam skala yang jauh lebih besar. Krisis mendatang akan erat dengan dolar, keuangan, dan sistem-sistem khayal AS - yang ironisnya telah diislamisasi oleh sebagian orang- yaitu bursa saham dan semua mesin judi fantastis lainnya. Semua ini akan luluh lantak. Dalam kejadian-kejadian itulah dan di tahun-tahun yang akan datang Islam akan menjadi kekuatan, dan lebih perkasa. Mengapa? Karena fasisme yang dahulu muncul bukanlah solusi, fasisme adalah bagian dari kufur.

Islamlah yang akan muncul sebagai suara baru dari peristiwa ini. Kitalah yang akan menyiapkan jalan, menyiapkan diri untuk menghadapi peristiwa ini, membangun 'sekoci penyelamat' yang akan sangat anda butuhkan setelah peristiwa ini, sebab krisis itu akan meluluh-lantakkan tatanan ekonomi kosmetis yang kita jalani saat ini. Semakin bergantungnya anda pada perangkat teknis tatanan ini, semakin menderitalah anda. Mereka yang dekat dengan pusar Eropa dan Amerika akan lebih menderita dibanding, misalnya, mereka yang berada di Albania.

Ketika krisis ini terjadi, orang-orang di Albania akan lebih bisa berkomentar, "Tadi kamu sebut ada krisis di bursa saham mana ya? New York?" Komentar seperti ini tidak akan terlontar dari mereka yang tinggal di London, misalnya. Orang-orang yang telah menjadikan sistem ekonomi kosmetik ini sebagai mata pencaharian pun tidak akan mampu berkomentar seperti itu. Hanya segelintir orang yang siap. Segelintir orang ini akan jauh berada di depan dan orang-orang inilah yang akan membangun alat-alat yang bisa membawa kita melampaui krisis ini.

Pentingnya Berjamaah
 
Di saat itu anda akan memerlukan sebuah komunitas. Kini mudah saja anda berkata, "Tidak, saya tidak akan bergabung dalam sekte dan kelompok manapun. Sendirian saya akan baik-baik saja." Jika anda Muslim, pernyataan itu tidak masuk akal. Bila anda seorang Muslim, anda butuh seorang Amir dan Amr agar dapat tergabung dalam sebuah komunitas. Kita tidak punya moralitas pribadi seperti kristen, kita punya realita sosial. Secara perorangan kita tidak akan bisa apa-apa. Peristiwa yang akan terjadi akan merontokkan kita dan mengombang-ambing diri kita ke kiri, ke kanan, ke tengah, sama persis dengan orang-orang lain. 

Sebagai jamaah, kita akan bisa menghadapi krisis ini. Bisanya bergabung dan bersatu sudah bukan pilihan lagi namun sebuah kebutuhan. Saya gembira dengan kebutuhan ini karena meski saat ini sebenarnya persatuan sama saja dibutuhkan sebagaimana di masa datang, kondisi krisis ini akan memaksa Muslimin untuk sadar, terutama bagi mereka yang sampai saat ini masih bergantung di pinggiran, asyik dalam lakon "saya adalah Muslim mandiri," yang kerap membuat aturan mereka sendiri, menentukan masa depan sendiri, dan lain sebagainya persis sebagaimana moralitas pribadi yang bisa kita temui di khalayak kini.

Membangun sebuah komunitas (jamaah) menjadi kebutuhan. Murabitun adalah satu dari segelintir orang yang memperhatikan ini, orang-orang yang menggabungkan diri membentuk komunitas. Salah satu dari segelintir yang menegakkan Amr di masa ini. Kami pun menempa pemahaman mendalam mengenai jati diri kami dan komunitas kami, menggairahkan kembali ilmu tasawuf, membawa tasawuf dari masa lalu menjadi jalan penerang bagi zaman gelap ini guna menyongsong hari baru saat kita akan menikmati kembalinya Khalifah, dan kita bisa lihat kembali satu ummat - bukan 27 - dengan satu bendera, dan satu Syahadat.

Satu ummat yang berkumpul karena Allah, demi menegakkan Syariah-Nya. Sebuah ummat yang akan mereformasi dunia, karena dunia tidak perlu mereformasi Syariat. Syariah adalah alat utama dan hakikat keberadaan kita. Dan kita akan sanggup menyerahkan segala urusan kita, sejauh kita bisa menghapuskan seluruh jejak budaya palsu yang kita bawa hingga kini, baik secara kolektif maupun inidividual. Kita akan membangun satu identitas yang akan membuat kita menjadi manusia sejati, yaitu menjadi hamba Allah, yang patuh pada-Nya, yaitu seorang Muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar