Perkembangan teknologi komunikasi diawali oleh penemuan sebuah alat  cetak pada tahun 1041. Meskipun Johann Gutenberg, seorang yang  berkebangsaan Jerman, dikenal sebagai orang yang membuat cetak-mencetak  menjadi poses yang jauh lebih cepat dan ekonomis di tahun 1436, namun  pemikiran Gutenberg ini bercikal dari sebuah penemuan awal alat cetak di  Cina pada tahun 1041 tadi.
  Seorang bernama Bi Zheng di Cina diakui secara umum sebagai pencipta  keterampilan cetak-mencetak. Tahun 1041, ia mencetak dokumen-dokumennya  yang pertama dengan menggunakan cetakan huruf yang sudah ia bakar dalam  tanah liat dan kemudian dibentuk menjadi kalimat. Proses Bi Zheng  diperbaiki oleh Wang Zhen pada tahun 1298, yang membuat huruf-hurufnya  dari kayu keras dan selanjutnya mencetak buku-buku dan bahkan surat  kabar.
Dengan  demikian di Asia, cetak-mencetak sudah berlangsung sejak sekitar 100  tahun yang lalu, terutama di Cina dan Korea. Teks dan gambar diukirkan  pada kepingan papan, logam atau tanah liat, kemudian acuan stempel itu  diberi tinta, ditumpangi selembar kertas lalu di tekan rata.
Di  Eropa cara mencetak semacam itu pertama kali disempurnakan oleh Johann  Gutenberg, yang hasil penyempurnaannya itu merupakan salah-satu hasil  karya terbesar dalam sejarah sampai saat ini. Sejak saat itu industri percetakan pun mulai dan terus berkembang.  
Masa  Renaisans yang dikenal sebagai masa kebangkitan Romawi dan Yunani Kuno,  yang merupakan masa hidupnya hampir sebagian besar tokoh-tokoh penemu  bersejarah, termasuk masa di mana Johan Gutenberg lahir dan mematenkan  hasil karyanya, akhirnya berakhir. Kehidupan terus berjalan dan  penciptaan-penciptaan tidak berhenti bermunculan.
Dari  keempat jenis media massa maka pers dalam artian surat kabar dan  majalah merupakan media tertua. Film, radio, televisi adalah media yang  lahir setelah surat kabar dan majalah. Menurut sejarah pers, surat kabar  yang tertua adalah Notizie Scritte di Vinesia yang terbit pada tahun 1566. Sedangkan majalah yang pertama diterbitkan adalah Gentelman’s Megazine pada tahun 1731 di London. 
Sampai  akhir abad 19, kegiatan komunikasi massa hanya dilakukan oleh  suratkabar dan majalah. Media Massa lainnya belum lahir.sekarang  suratkabar dan majalah sudah mengalami kemajuan sangat pesat sesuai  dengan perkembangan tekhnologi yang semakin canggih. Kalau pada mulanya  suratkabar dan majalah hanya dicetak dengan tinta hitam saja, sekarang  dicetak dengan banyak warna atau disebut full-colour. 
Teknik  percetakan yang sudah semakin maju telah mngantarkan bentuk suratkabar  dan majalah semakin baik dan indah. Selain dari itu, tekhnik penulisan  isi redaksionalnya sudah semakin baik pula.
Perkembangan  terakhir adalah diperlukannya teknik percetakan jarak jauh. Cetak jarak  jauh ini telah diterapkan oleh beberapa suratkabar besar di dunia.  Suratkabar yang dulunya hanya dicetak di London, sekarang dalam waktu  bersamaan juga dicetak di Hongkong. Teknik ini juga akan berlaku di  Indonesia. Tekhnik cetak jarak jauh tentu akan memudahkan  pendistribusian media cetak ke daerah, sehingga waktu pengiriman bisa  dipangkas.
Sementara  itu, juga di abad ke-19, saat mesin uap mampu menaikkan kecepatan yang  ditempuh kendaraan baik di darat ataupun di laut, dengan jelas muncul  kebutuhan sebuah sarana komunikasi langsung jarak jauh. Kebutuhan ini  merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menunjang terciptanya  komunikasi secara jelas meski berada pada tempat-tempat yang begitu jauh  dari pandangan mata. Dalam pengertian bahwa komunikasi itu harus lebih  cepat dari kecepatan kapal maupun kilat. 
Tahun 1791, Abbe Claude Chappe (1763-1805) menyatukan dua kata menjadi sebuah istilah, telegram optik,  untuk menggambarkan digunakannya sederet menara untuk mengirimkan  sebuah pesan yang kasat mata oleh satu menara dari satu menara  sebelumnya. Sistem Chappe ini membutuhkan 120 menara berjajar yang mampu  mengirimkan sebuah pesan antara Paris dan Laut Tengah dalam waktu  kurang dari satu jam, yang berarti lebih cepat dari kuda tunggang yang  tercepat.
 Semua sistem ini bergantung pada sinyal-sinyal yang kasat mata. Telegram merupakan  sebuah terobosan dalam komunikasi karena ini memungkinkan terjadinya  komunikasi instan antara dua orang yang tidak berhadapan muka. Gagasan  untuk mengirimkan pesan-pesan sandi dengan sarana kabel yang  masing-masing mewakili setiap huruf dalam abjad.
Selanjutnya perkembangan dari telegram ini adalah penemuan yang  dilakukan oleh Michael Faraday (1791-1867) yang mampu membuktikan bahwa  getaran-getaran logam dapat diubah menjadi impuls-impuls listrik. Inilah  yang menjadi cikal-bakal diciptakannya telepon oleh dua orang yang  bekerja secara terpisah di Amerika Serikat. Mereka adalah Alexander  Graham Bell (1847-1922) kelahiran Skotlandia dan Elisha Gray  (1835-1901). 
  Keduanya mematenkan karyanya di New York pada tanggal 14 Februari 1876.  Namun, karaya Bell mampu mengalahkan karya Gray . Meskipun Gray yang  pertama kali membuat diafragma/alat penerima elektromagnit baja pada  tahun 1874, tapi ia tidak menguasai desain pemancar yang mudah digunakan  sebelum Bell berhasil membuatnya. 
 
 Sebelum berkembangnya televisi sebagai media massa, dunia telah lebih dulu dipikat oleh kemunculan film. 
Film  dimasukkan ke dalam kelompok Komunikasi Massa. Selain mengandung aspek  hiburan, juga memuat pesan edukatif. Namun aspek sosial kontrolnya tidak  sekuat pada suratkabar atau mserta televisi yang memang menyiarkan  berita berdasarkan fakta terjadi. Fakta dalam film ditampilkan secara  abstrak, di mana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi  di tengah masyarakat. Bahkan dalam film, cerita dibuat secara  imajinatif. Film sebagai alat komunikasi massa baru dimulai pada tahun  1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film “The Story of Crime” di Perancis dan Edwar S. Porter membuat film “The Life of an American Fireman” tahun 1992. 
Film yang mempunyai suara baru ditemukan pada tahun 1927. Dari masa ke  masa, film mengalami perkembangan, termasuk soal warna yang semula hitam  putih sekarang sudah berwarna. Namun sekarang ini, film tidak populer  disebut sebagai komunikasi atau media massa, karena media massa lebih  berkonotasi kepada media yang memuat berita yang digarap oleh para  reporter atau wartawan. Film lebih banyak difahami sebagai media hiburan  semata yang diputar di bioskop dan televisi.
Baru  setelah tahun 1946, kegiatan dalam bidang televisi tersebut tampak  dimulai lagi. Pada waktu itu, di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat  beberapa buah pemancar. Tetapi kemudian, karena situasi dan kondisi yang  mengizinkan serta perkembangan tekhnologi, maka jumlah studio/pemancar  televisi pun meninglat dengan hebatnya. 
Pekembangan ini dimulai dari ditemukannya electrische teleskop sebagai  perwujudan gagasan seseorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang  bernama Paul Nikov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat  ke tempat yang lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya  Nikov diakui sebagai “Bapak Televisi”.
 Televisi mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat (AS) pada tahun 1939, yaitu ketika berlangsungnya “World’s Fair” di New York, namun sempat terhenti ketika terjadi Perang Dunia II.
Sekarang  , sudah sekitar 750 stasiun televisi terdapat di negara Paman Sam itu.  Tak heran, bila televisi akhirnya menjadi kebutuhan hidup sehari-hari di  seluruh penjuru AS dan merupakan kekuatan yang luar biasa dalam  komunikasi massa. Lebih dari 75 juta pesawat televisi digunakan secara  tetap. 
Pada  tahun 1946, televisi dinikmati sebagai media massa ketika khalayak  dapat menonton siaran Rapat Dewan Keamanan PBB di New York. Dewasa ini,  setiap negara telah mempunyai pemancar televisi. Bahkan melalui parabola  sebagai sambungan satelit, pemirsa dapat menikmati siaran dari luar  negaranya seperti yang terjadi di Indonesia. Dengan demikian arus berita  dan informasi lewat televisi semakin beragam.
Namun demikian, penyiaran televisi ke rumah pertama dilakukan pada tahun 1928 secara terbatas ke rumah tiga orang eksekutif General Electric, menggunakan alat yang sederhana. Sedangkan penyiaran televise secara elektrik pertama kali dilakukan pada tahun 1936 oleh British Broadcasting Coorporation.  Semenata di Jerman penyiaran TV pertama kali terjadi pada tanggal 11  Mei 1939. Stasiun televisi itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai  pengahargaan terhadap Paul Nikov.
Televisi selain menyajikan aspek hiburan, juga menyiarkan berita, yang  ada antaranya bersifat sosial kontrol. Karena itu, televisi sebagai  media massa telah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat di rumah  tangga masing-masing.
Sebagai  media massa yang muncul belakangan dibandingkan media cetak, televisi  baru berperan selama tiga puluh tahun. ‘Kotak ajaib’ ini sendiri lahir  setelah adanya beberapa penemuan tekhnologi, seperti telepon, telegraf,  fotografi (yang bergerak dan tidak bergerak) serta rekaman suara.  Terlepas dari semua itu, pada kenyataannya media televisi kini dapat  dibahas secara mendalam, baik dari segi isi pesan maupun penggunaannya.
Selang  seabad kemudian, pada malam tanggal 30 oktober 1938, ribuan masyarakat  Amerika panik karena siaran radio yang menggambarkan serangan makhluk  mars yang mengancam peradaban manusia. Karena belum pernah terjadi maka  serentak seluruh masyarakat Amerika tegang dan kalang kabut. 
Akibat  peristiwa tersebut para pakar peneliti sosial tertarik untuk meneliti  masalah tersebut. Karena hal tersebut menggambarkan keperkasaan media  dalam hal mempengaruhi khalayaknya. Karena dengan media orang bisa  berebut kekuasaan dengan mudah seperti yang dilakukan oleh Hitler,  Musolini, dan Lenin.
Guglielmo  Marconi (Griffone, dekat Bologna, 25 Aprl 1874-Roma, 20 Juli 1937).  Insinyur lektro Italia; adalah orang pertama yang pada tahun 1895  berhasil melakukan pengiriman sinyal tanpa kawat melewati jarak +  2 km, dengan suatu pesawat pemancar dan pengirim buatannya  sendiri,kedua-duanya dilengkapi dengan antena penemuannya sendiri pula.  Pada tahun 1898 berhasil dijalin hubungan telegraf tanpa kawat antara  Inggeris dan Perancis; tahun 1909 dia menerima hadiah Nobel untuk ilmu  alam bersama K. F. Braun, penemu tabung sinar elektron dan penerap  lingkaran getaran pada radio telegrafi penemuan Marconi.
Penyiar  informasi dalam bentuk berita dan penyiaran musik oleh radio dimulai  hampir bersamaan. Tetapi yang terkenal ialah penyiaran kegiatan  pemilihan umum presidan Amerika Serikat pada tanggal 2 November 1920  yang dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara luas dan teratur  kepada masyarakat.
Sementara  di Amerika Serikat orang yang dinilai berjasa dalam penemuan radio  adalah Dr. Lee De Forest dan Dr. Frank Conrad, yang berperan dalam  penemuan radio di tahun 1920. 
Usaha Marconi ketika itu baru berhasil pada tahap mengirimkan gelombang radio secara on dan off (nyala dan mati), sehingga baru bisa menyiarkan kode telegraf. Lee De Frost lalu menemukan vacumm tube yang berfungsi menangkap sinyal radio walaupun lemah. Sementara Frank Conrad secara regular menyiarkan produk-produk sebuah department store  di AS. Akibat siaran ini, angka penjualan pesawat radio meningkat tajam  hingga 500 ribu buah pada tahu 1923, atau meningkat 5 kali lipat  dibangingkan tahun berikutnya. 
Radio  sebagai media elektronik, dimasukkan kepada komunikasi massa, karena  ada berita yang disiarkan secara luas dan dapat di dengar oleh orang  banyak. Untuk berita, radio mempunyai reporter khusus yang mencari dan  mengolah berita. 
Sekarang radio masih tetap memainkan perannya sebagai media massa,  meskipun televisi dan surat kabar atau majalah mengalami kemajuan pesat,  baik kualitas maupun kuantitasnya. Tapi radio mempunyai kelebihan  tersendiri, sebab seorang dapat mengikuti sambil tetap melakukan  pekerjaannya. Berbeda dengan surat kabar atau televisi yang memerlukan  penglihatan.
Perkembangan  mutakhir dari teknologi komunikasi adalah kemunculan internet yang  merebak dengan cepat. Sebelum membahas tentang internet, terlebih dahulu  kita bahas mengenai penemuan komputer sebagi sarana yang digunakan  untuk emngakses internet.
Komputer  pertama yang bernama Colossus 1, dibuat di Amerika Serikat pada awal  tahun 1941. Perkembangan-perkembangan sebelumnya, yang merintis lahirnya  komputer modern adalah dimulai dari berkembangnya aljabar logik dari  George Boole (Inggris), yang dikembangkan oleh Charles Babbage yang  menghasilkan kalkulator manikal yang dinamakan ‘Differential Engine’. 
Dari  perkembangan tersebutlah, lalu pada tahun 1937 seorang insyinyur  Amerika, howard Aiken merancang IBM Mark 7, yang menjadi cikal-bakal  dari komputer besar masa kini, yang mengunakan tabung hampa udara dan  memiliki tombol-tombol elektromagnetik, bukan elektronik. 
Komputer  elektronik yang pertama yang telah dituliskan bernama Colossus 1,  akhirnya dibuat oleh Alan Turing dan M.H.A Neuman, untuk pemerintah  Britania di universitas Manchester. 
Dari kemunculan komputer inilah yang di kemudian hari terus mengembang  dan akhirnya lahirlar fasilitas internet. Internet adalah sejenis media  massa yang agak baru.
Tahun  1972 merupakan awal kelahiran jaringan internet, yaitu dengan adanya  proyek yang menghubungkan antara jaringan komunikasi pada jaringan  komputer ARPANET. Proyek tersebut telah menetapkan sebuah metoda baru  untuk menghubungkan berbagai macam jaringan yang berbeda yang dikenal  sebagai konsep gateway. Pada tahun 1973-1977, dikembangkan protokol TCP/IP (Transmission Control/Internetworking Protocol). Protokol ini digunakan untuk pengiriman informasi yang dikenal sebagai paket (packet).
Internet  baru dimanfaatkan di Indonesia pada tahun 1996. Seseorang yang  mempunyai pesawat komputer dapat menyambungkannya dengan jaringan  komputer lainnya lewat satelit. Perbedaannnya dengan teknologi  komunikasi lainnya bahwa internet dapat dibuat oleh orang perorang,  bukan hanya oleh satu lembaga yang bergerak dalam penyiaran informasi. 
Informasi  yang dibuat seseorang dapat diketahui oleh banyak orang sepanjang orang  lain tersebut mempunyai jaringan. Karena dapat diakses oleh publik  inilah, maka internet dapat dikategorikan sebagai media massa.
Lebih  dari lima orang Amerika dewasa mengggunakan internet di rumah, kantor  atau sekolah, dan di atas 10% menggunakannya setiap hari. Dari  karakteristik jenis kelamin hampir sama banyaknya lelaki dengan  perempuan yang menggunakan web (situs).
Internet  merupakan aktivitas mereka sehari-hari. Situs juga menjadi sumber  informasi untuk hiburan dan informasi untuk perjalanan wisata. Pengguna  internet bergantung pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga  pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru  setiap minggunya.  At  the turn of the century, the Web began to converge with conventional  electronic media as many of the “dot-com” companies that pioneered the  internet ran out of money and died. Consumer interest, in on-line  information, entertainment, and electronic shopping, or e-commerce,  reached levels comparable to the early days of radio or television. Home  computer ownership surpassed 50 percent as personal computer prices  plummeted. Forty percent of all U.S. consumers had acces ti the internet  at home, school or work, although many minority and low-income families  were left behind by the internet craze (NTIA, 2000).
To  reach the millions of eyeballs now glued to the Web,conventional media  rolled out Web versionof their products and ivested in internet  properties, internet active televition and on-line newspaper aimed to  intergrate Web content with the conventional media consumption  experience within the framework of conventional advertising-supported  media. Cable TV systems offered internet service, telephone companies  placed calls over the internet and traditional broadcasters like NBC  AOL’s acquisition of the Time Warner media conglomerate in 2000 marked  the beginning of a new phase of integrating “old media” with the new  internet media to take advantage of the strengths of both. 
 
 
 
 
 
 
Pengaruh Perkembangan Teknologi Komunikasi
Saat ini, selain disibukkan oleh upaya penemuan maupun  pengembangan-pengembangan sarana teknologi komunikasi yang lebih baik,  masyarakat juga mulai melakukan penelitian-penelitian mengeai dampak  dari perkembangan teknologi komunikasi tersebut.
Globalisasi media massa berawal pada kemajuan tekhnologi komunikasi dan  informasi semenjak dasawarsa 1970-an. Dalam pengertian itulah kita  bertemu dengan beberapa istilah populer, banjir komunikasi, era  informasi, masyarakat informasi atau era satelit.
Perkembangan  masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi yang semakin  canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media massa,  tetapi dilain pihak secara timbal-balik ini menimbulkan dampak yang  teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi  mengkhawatirkan pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak  yang positif konstruktif, melainkan yang negatif destruktif. Lalu para  pakar komunikasi mempertanyakan fungsi media massa itu. 
 
Arus informasi meluas keseluruh dunia, globalisasi informasi dan media  massa pun menciptakan keseragaman pemberitaan maupun preferensi acara  liputan. Pada akhirnya, sistem media masing-masing negara cenderung  seragam dalam hal menentukan kejadian yang dipandang penting untuk  diliput.
Peristiwa yang terjadi di suatu negara, akan segera mempengaruhi  perkembangan masyarakat di negara lain. Atau dengan kata lain, menurut  istilah John Naisbitt dan Patricia Aburdence dalam bukunya Megatrend 2000 (1991), dunia kini telah menjadi ‘global village’.
Revolusi  informasi dan komunikasi telah melahirkan peradaban baru, sehingga  mempermudah manusia untuk saling berhubungan serta meningkatkan  mobilitas sosial. Disamping itu, kemajuan tekhnologi informasi dan  komunikasi pun mampu mengatasi jarak ruang dan waktu. 
Salah seorang pakar komunikasi Abdul Muis, dalam tulisannya di majalah Analisis CSIS  (1991) menyebutkan, “… kemajuan tekhnologi komunikasi dan informasi  menghadirkan aneka ragam saluran (media) yang kian lama kian canggih dan  memungkinkan segala macam kejadian.”
Akan  tetapi di lain sisi, globalisasi informasi dan komunikasi tidaklah  sepenuhnya membawa kebahagiaan bagi semua orang, masyarakat atau bangsa.  Pengetahuan dan preferensi yang cenderung seragam terhadap informasi di  masing-masing negara justru dapat menumbuhkan perbedaan atau  kesenjangan internasional dalam berbagai bidang.
Terjadinya pemekaran jenis-jenis media sebagai akibat kemajuan  tekhnologi komunikasi dan informasi yang luar biasa, globalisasi media  pun meningkat dalam kualitas jaringan internet global (cybercommunication) telah menciptakan sebuah jalan raya yang syarat informasi yang amat luas dan seakan-akan tidak berujung (information super haigway)  komunikasi internet cenderung menjadi sebuah jenis media massa baru, karena penggunaan internet sudah massal. 
Internet diibaratkan sebuah “dunia maya’ (dunia mimpi) tatkala TV telah  menjadi begian terpenting dalam budaya komunikasi umat manusia “istilah  kodok dalam tempurung” sudah mulai berubah tempurung kepala mulai  berlubang-lubang kata seorang pengamat komunikasi manca negara. Dan  kodok yang sudah lama tinggal di dalamnya sudah mulai bisa melihat ke  seluruh pelosok dunia (TV disebut jendela dunia). 
Sedangkan  ketika kemudian muncul internet yang membentuk jaringan komunikasi dan  informasi sejagat. Tempurung kepala itupun terbalik. Akibatnya sang  kodok memperoleh kekuasaan meloncat-loncat ke seluruh dunia dengan  kendaraan komputer. 
Sebagai konsekuensi keberadaan cybercom, agaknya diperlukan undang-undang hukum pidana yang mengatur jaringan internet global ata antar bangsa (international cyberlow) untuk bekerja sama untuk melawan dampak buruk cybercom atau yang merugikan nilai-nilai budaya sutu bangsa. 
Dalam  globalisasi media massa (yang di perkuat dengan kemunculan berbagai  saluran komunikasi massa yang kian canggih khususnya internet).  Globalisasi media massa cenderung mendorong perluasan aspirasi kebebasan  menyatakan pendapat atau kebebasan informasi di masing-masing negara.
Di Indonesia aspirasi kebebasan itu ingin mengutamakan pembatasan  yuridis melalui pengadilan. Namun, karena sistem yang berlaku di zaman  orde baru tidak/belum memungkinkan hal itu, maka aspirasi kebebasan itu  lebih pada hiburan yang kurang sehat justru tidak lagi sesuai dengan  tuntutan sistem budaya (norma-norma agama) terjadi secara kontroversi  atau kejanggalan. 
Khalayak  media dalam globalisasi informasi berdiri di tengah-tengah polusi  kebudayaantanpa perlindungan karena institusi-institusi tradisional  tidak lagi sanggup berperan sebagaimana mestinya. 
Arus  globalisasi informasi (yang membawa nilai-nilai baru bagi Indonesia).  Globalisasi media massa dapat berdampak keresahan dan gejolak sosio  cultural di masing-masing negara. Hal itu disebabkan oleh pengaruh media  global (informasi global). 
Meskipun  demikian, bagi bangsa Indonesia agaknya tolak ukur atau acuan dasar  yang masih bisa diandalkan untuk memahami arus globalisasi nilai(yang  dibawa oleh globalisasi media massa dan informasi) ialah nilai-nilai  agama. 
Pada dekade 1950-an, pemerintah di negara-negara berkembang  memanfaatkan radio siaran untuk menyebarkanpesan-pesan pembangunan,  terutama bidang pertanian, yang di tujukan kepada masyarakat pedesaan.  Komunikasi pembangunan melalui radio siaran itu oleh para ahli  komunikasi dinilai efektif, terutama setelah dikembangkannya Radio Farm Forum yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai kelompok pendengar.
Berkembangnya Radio Farm Forum ittu adalah berkat kegiatan UNESCO yang pada tahun 1956 menetapkan India untuk benua Asia dan Ghana benua Afrika sebagai pilot project guna menerapkan pola Kanada sebagai negara yang pertama kali melaksanakan gagasan Radio Farm Forum. Indonesia mengembangkan Radio Farm Forum atau kelompok pendengar itu sejak bulan September 1969.
Apabila komunikasi melalui radio tidak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat, tudak demikian dengan media televisi.
Negara-negara berkembang mengoperasikan televisi siaran mulai dekade  1905-an. Filipina memulainya pada tahun 1952, Indonesia pada tahun 1962,  Malaysia dan Singapura pada tahun yang sama, yakni tahun 1963.
Daya  tarik media televisi sebagai media elektronik, setelah memasyarakatnya  media radio sifatnya aural (hanya dapat didengarkan), televisi sifatnya  audio-visual (selain dapat didengarkan, juga dapat dilihat) dan segala  sesuatunya berlangsung “hidup”, seolah-olah khalayak berada di tempat  peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi.
Selain  menayangkan berita-berita musibah, televisi ternyata juga menjadi  slauran produksi dari beberapa karya sinematografi dan sinema  elektronik, baik dalam bentuk film maupun “live music”.  Kebebasan media tv dalam menayangkan film-film yang berbau porno, sadis  atau menyangkut SARA, sering menimbulkan polemic da konflik di antara  pakar-pakar komunikasi massa, para agamawan, bahkam kaum moralis.
Kita  akan melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap khalayak dengan  mengulas secara sepintas penjelasan Melvin Defleur dan Sandra  Ball-Rokeach tentang teori-teori komunikasi dan pendekatan motivasional  dari model uses and gratification (penggunaan dan pemuasan).
 
Teori Defleur dan Ball-Rokeach tentang pertemuan dengan Media
Pertemuan antara khalayak dan media berdasakan tiga karangka teoritis:
a. Perspektif  perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi  personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih  stimuli dari lingkungan, dan bagaimana dia memberi makna dari stimuli  tersebut. 
b. Perspektif kategori sosial  berasumsi bahwa di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial,  yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. 
c. Perspektif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam mempegaruhi reaksi orang terhadap media massa.  
 
Sesuai dengan tujuannya, komunikasi massa mempunyai fungsi untuk  memberikan kinformasi, menghibur dan mempegaruhi. Sudah dapat  dipastikan, bahwa komunikasi akan memberikan dampak atau pengaruh  terhadap pembaca, pendengar dan penontonnya. Apabila pengaruhnya tidak  ada, maka tujuan komunikasi itu sendiri tidak berjalan.
Dampak komunikasi massa, selain positif juga mempunyai dampak negatif.  Pengelola komunikasi massa dapat dipastikan tidak berniat untuk  menyebarkan dampak negatif kepada khalayaknya. Semua orang menginginkan  pengaruh yang positif. Apabila terdapat dampak negatif, bisa dikatakan  sebagai efek samping. Namun efek samping itu cukup membahayakan  sendi-sendi kehidupan masyarakat banyak.
Komunikasi massa harus mempunyai efek menambah pengetahuan, mengubah  sikap, dan menggerakan perilaku kita. Efek yang terjadi pada komunikasi  tersebut terdapat pada tiga aspek. Ketiganya adalah efek kognitif, afektif, dan behavioral.
 
 
1.Efek Kognitif
Pembaca  suratkabar atau majalah, pendengar radio, dan penonton televise merasa  mendapatkan pengetahuan setelah membaca, mendengar, dan menonton. Banyak  ilmu pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi tersebut, sehingga  komunikasi atau media massa dijadikan sebagai kebutuhan utama setiap  hari. Apabila media massaaa tersebut telah berhasil menambah wawasan  atau pengetahuan, maka sudah dapat dilihat bahwa komunikasi massa telah  mempunyai pengaruh secara kognitif.
 
2. Efek Efektif
Komunikasi  massa juga akan memberikan dampak atau efek efektif kepada khalayaknya.  Efek efektif lebih berkonotasi kepada perubahan sikap dan perasaan.  Dalam membaca berita sedih dalam majah atau suratkabar, seseorang juga  terseret perasaan sedih. Demikian juga sebaliknya, orang akan merasa  gembira ketika menonton peristiwa lucu di televise. Tidak ada orang yang  merasa gembira, ketika mendengar dari radio berita jatuhnya pesawat  terbang yang mengakibatkan ratusan penumpang meniggal seketika.
 
3. Efek Behavioral
  Setelah mendapatkan ilmu atau pengetahuan, lalu merasakan sesuatu, maka  efek yang terakhir dari komunikasi adalah berubahnya perilaku dari  pembaca, pendengar, dan penonton. Bila televisi menyebabkan anda lebih  mengerti bahasa Indonesia, maka televisi telah menimbulkan efek  prososial kognitif. Bila anda membaca penderitaan orang miskin, lalu  tergerak untuk membantunya, maka itu dinamakan efek prososial efektif.  Tetapi bila anda telah mengirimkan wesel kepada penderita tersebut, maka  itu disebut efek prososial behavioral. 
Lapangan dampak atau efek komunikasi massa beradapada ketiga sector  tersebut, yakni pada pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), dan  sikap perilaku (behavioral).
Selain itu, bila ditinjau dari fungsinya media massa atau media komunikasi memiliki pengaruh persuasif.
  Apa persuasif itu? Banyak definisi yang dikemukakan: mengubah sikap dan  perilaku orang dengan menggunakan kata-kata lisan dan tertulis,  menanamkan opini baru, dan usaha yang disadari untuk mengubah sikap,  kepercayaan, atau perilaku orang melalui transmisi pesan. Maka persuasi adalah suatu proses timbale balik yang di dalamnya  komunikator, dengan sengaja atau tidak, menimbulkan perasaan responsif  pada orang lain. 
Dalam  buku Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy. M. A.: pengertian komunikasi  persuasif adalah komunikasi yang dilakukan agar orang lain bersedia  menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau  keyakinan, dan lain-lain.
Di  dalam masyarakat demokrasi, maka persuasif bukan merupakan pembujukan  terhadap seseorang ataupun suatu kelompok untuk menerima pendapat yang  lain. Akan tetapi persuasif merupakan suatu tekhnik mempengaruhi manusia  dengan memanfaatkan atau menggunakan data dan fakta psikologis dan  sosiologis dari komunikasi.
Masing-masing  media massa mempunyai kelebihan dan kelemahan. Namun yang kelihatan  sama adalah ciri-ciri dari komunikasi massa tersebut, sebagai berikut:
1. Komunikasi Satu Arah, di  mana semua media massa tadi dilancarkan oleh sumbernya kepada khalayak  ramai tanpa dapat diresponi pada waktu bersamaan sebagaimana terjadi  pada komunikasi personal. Antara komunikator dan komunikan tidakdapat  merasakan reaksi masing-masing.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga, yakni  informasi yang disiarkan bersumber dari satu lembaga, kecuali internet  yang dapat disiarkan orang secara pribadi. Sebagai komsekuansi  institusi, seorang yang memiliki informasi barudapat menyiarkan setelah  bekerjasama dengan orang lain dalam lembaga tersebut. Seorang wartawan  yang telah menulis berita belum serta merta dapat menyiarkannya kepada  pembacanya tenpa dibantu oleh pekerja lain di redaksi atau percetakan.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum.  Media massa tidak akan menyiarkan informasi yang bersifat khusus  seperti pesan yang hanya diperlukan seseorang atau kelompok tertentu.  Informasi yang disiarkan adalah informasi yangdiperlukan orang banyak.
4. Media Komunikasi massa menimbulkan keserempakkan. Artinya dalam waktu yang bersamaan, masyarakat banyak dapat mengetahi informasi secara serentak. Misalnya siaran televisi.
5. Komunikan komunikasi massa heterogen. Media  massa tidak dapat menyiarkan informasi hanya untuk jenis orang tertentu  saja. Dengan kata lain pembaca tak dapat dibatasi untuk orang tertentu.  Tetapi ia memberikan porsi untuk semua orang tanpa memandang umur,  jenis kelamin, bangsa dan siapa saja yang dapat membaca, mendengar dan  menontonnya.
 
Dapat  ditarik sebuah kesimpulan bahwa perkembangan teknologi komunikasi yang  diawali oleh penemuan alat pencetak huruf di Cina dulu, telah mendorong  manusia untuk semakin menyempurnakan sarana-sarana komunikasi yang ada.  Hal ini terjadi karena setelah ditemukannya sesuatu, pada umumnya  orang-orang kemudian akan menemukan kekurangan-kekurangan dari sesuatu  itu. Kekurangan-kekurangan inilah yang menjadi landasan pemikiran  keinginan para ilmuwan untuk menemukan teknologi komunikasi yang lebih  efisien. 
Kehadiran  beragam sarana teknologi komunikasi memberikan efek yang beragam pula  kepada masyarakat. Adanya pengaruh-pengaruh inilah yang juga kemudian  menarik sejumlah kalangan untuk mengadakan penelitian-penelitian seputar  dampak media komunikasi, agar masyarakat tahu dan memikirkan cara  penanggulangan dampak negatif media massa guna meningkatkan fungsinya  yang positif.